Sabtu, 26 November 2011

MENCARI DIKSI
Suara kunang2 membangunkan temaram dari tidurnya semalam, terjaga dengan nada-nada yang terluka, geraknya tenang oleh air yang tak kunjung bosan. Katanya dia merindu, begitu pula alasannya karena waktu yang membuatnya terus jemu. Diteduhkanya perapian dari kenangan yang masih membara. Enggan di padamkan tapi sudah temaram karena langit saat itu begitu kelam. Bagaimana bisa kuhentikan mimpi ku, sedangkan setiap sabtu aku masih bertemu dengan masa lalumu. Tergambar sebuah ingatan yang tak menyadarkan dirinya, akan sebuah kenyataan yang tak dapat di nyatakan dalam tiga bahasa. Ketika dia ingin dikembalikan pada sebuah penyesalan, langkahnya terhentikan oleh perjalanan yang terus berulang. Sekarang bagaimana bisa dia melewatkan kehidupan yang menyenangkan, sedangkan raganya sudah tak ada di pelabuhan. Ketika haluanya berputar di sebuah persimpangan, warnanya semakin hilang dari pandangan. Terpisahkan oleh lautan yang tak berujung pada sebuah nama telaga ataupun rawa. Penantiannya dalam perjalanan mempertemukan banyak perjuangan dan harapan, tapi ketika secercah harapan di berhentikan pada sebuah kapal yang karam, dia dikembalikan pada awal perjalanan, tapi tanpa seorang kawan, jadi dirinya semakin tertinggal oleh kenangan yang begitu dirindukan. Berlalang dalam keadaan tanpa tujuan, hidupnya seperti seorang gelandangan yang tak beriman. Memburu sajak pada sampah kota yang bersenandung kesenangan, dan berharap menemukan diksi yang sekian lama telah dicari. Sebuah keikhlasan atau pun kematian yang mungkin lebih menenangkan. Akan kucari hari ini. Semarang, 22 0ct 2011 _ 24 Nov 2011

PERJALANAN INI KEARAHMU, tapi PULANG ITU KEARAHKU

PERJALANAN INI KEARAHMU, tapi PULANG ITU KEARAHKU